Tak Perlulah Dimengerti, Jika Dimengerti Saya Bisa Ketahuan

Standar

Di suatu malam, malam yang letih, sebuah eksistensi yang letih termangu, tenggorokannya serasa tersendat cairan yang ia tak mengerti, ada satu, dua, tiga kata yang berhasrat menyeruak keluar. Entah eksistensi tak mengerti mengapa kata-kata tertahan di rongga tenggorokannya. Ia berdoa, berharap semesta berkonspirasi membeberkan kata-kata itu pada eksistensi lain, di sana, di sebuah tempat berukuran persegi. Eksistensi yang memberinya kesejukan, eksistensi yang membuatnya de ja vu, eksistensi yang membuatnya ekstase, eksistensi yang membuatnya hidup.

Eksistensi yang letih itu bertanya pada angin, bumi dan udara, dan Pencipta seluruh eksistensi di semesta: tugasnya-kah menyampaikan tiga kata pusaka itu pada eksistensi di ruangan persegi itu? . Demi Tuhan, lebih mudah bersembahyang lima waktu dalam sehari, bernyanyi dan berzikir tentang semesta daripada mengucapkan tiga kata pusaka itu pada eksistensi dalam ruangan persegi itu. Inikah saatnya bagi eksistensi itu memutuskan? untuk memecahkan kebuntuan yang telah lama menggerogoti dirinya? malam makin larut, semoga eksistensi di dalam ruangan itu tidur nyenyak dan bermimpi indah, malam ini. Amin.

Satu tanggapan »

Tinggalkan Balasan ke chic Batalkan balasan